Mengenal Toxic Positivity

Komentar · 357 Pemirsa

Terkadang saat memberikan nasihat positif kepada teman tidak selalu membuat mereka merasa lebih baik, tapi justru membuat mereka merasa tidak nyaman. Kasus inilah yang disebut dengan Toxic Positivity

 

 

 

Ada kalanya kata-kata penyemangat dari teman justru terasa menyengat bagi orang-orang yang tengah bermasalah. Bagi sebagian orang, ujaran “jangan menyerah", “kamu masih lebih beruntung dari yang lainnya". Kata kata itu dianggap cukup ampuh menenangkan mereka. Namun, bagi sebagian orang hal ini justru membuat mereka merasa tidak nyaman, bahkan menjadi pemicu gangguan mental.

 

Toxic positivity adalah ketika seseorang terus menerus mendorong kita yang sedang memiliki masalah untuk melihat sisi baik dari kehidupan, tanpa pertimbangan pengalaman yang dirasakan kita atau tanpa memberi kesempatan kita untuk meluapkan perasaan.

 

 

 

Menurut Susan David, seorang instruktur psikologi di Universitas Harvard mengatakan: “Merasakan, menerima dan tidak menyangkal emosi negatif itu sebenernya adalah hal yang natural.” Emosi yang ditekan bisa jadi penyebab gangguan psikis, yang bisa menjadi sumber utama munculnya rasa cemas dan depresi.

 

Hal utama ketika seseorang berhadapan dengan teman yang ditimpa masalah bukan merespons dengan nasihat, apalagi dorongan positif yang seolah hanya formalitas. Mendengarkan orang yang mau berkeluh kesah tanpa sikap menghakimi, atau memberinya kesempatan untuk mengekspresikan setiap emosi sampai mereda adalah hal yang lebih penting dilakukan.

 

 

 

Misal tanyakan hal apa yang membuatnya ingin menyerah atau apa yang membuatnya begitu sedih atau tertekan. Saat menghadapi teman yang sangat marah, coba mendengarkan cerita lebih dulu sebelum buru-buru menasihatinya apalagi kamu belum tahu latar belakang masalah nya. Setelah teman sudah mencurahkan emosi, kamu bisa memberikan pendapat sebab akibat jika temanmu mau melakukan sesuatu atas luapan emosinya.

Komentar