sumber foto : totallythebomb.com
Perubahan iklim cenderung disebabkan oleh kondisi alami atau aktivitas manusia yang tidak terkontrol, sehingga berdampak pada pemanasan global. Pemanasan global menghasilkan gas rumah kaca sehingga terjadi perubahan iklim yang berdampak pada pergeseran cuaca, curah hujan, kelembaban udara dan suhu lingkungan. Perubahan lingkungan akan mempengaruhi makhluk hidup yang ada dalam ekosistem dan penyebaran vektor, virus dan penyakit menular.
Peningkatan curah hujan, kelembaban dan suhu lingkungan akan menjadi habitat untuk pertumbuhan dan perkembangan nyamuk. Peningkatan kepadatan nyamuk ini akan berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor. Menurut M. Sintorini (2007) penularan penyakit melalui nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria dipengaruhi oleh kondisi suhu yang hangat. Hal ini dikarenakan peningkatan suhu berpengaruh terhadap masa inkubasi sehingga memperluas penularan penyakit tular Vektor.
Penyakit DBD disebabkan oleh kepadatan nyamuk Aedes sp. sebagai vektor pembawa peyakit. Perkembangan siklus hidup nyamuk Aedes sp mulai dari telur-larva-pupa sangat tergantung pada suhu lingkungan tempat perindukan nyamuk (Majidah A.,dkk.2010). Padatnya populasi Aedes sp. sebagai vektor akan menyebabkan tingginya angka kasus Demam Berdarah yang terjadi setiap tahun. Selain itu, perubahan gaya hidup ikut berperan menambah population at risk. Penggunaan barang non biodegradable seperti plastik yang sangat tinggi, menyebabkan plastik menjadi komposisi sampah terbesar saat ini sehingga berpotensi menjadi penampung air hujan, tempat perkembangbiakan vektor.