Telusuri post

Explore captivating content and diverse perspectives on our Discover page. Uncover fresh ideas and engage in meaningful conversations

Kau seperti lilin di malam hari bagiku, menerangi sisa kisah hidupku walau hanya untuk sementara.

Kamu padaku hanyalah pura-pura, nyatanya kau masih mengharapkan dia yang memberimu segudang luka.

Bertatap aku membisu, tak bertemu kasih ini merindu, ku selalu mencintaimu.

Jika rupa yang selalu membuatmu bahagia, maka bagaimana kamu bisa mencintai tuhanmu yang tidak kamu ketahui rupanya.

Untuk rasa yang ditali oleh jarak, mampukah kau bertahan dengan ikatan yang kencang ini.

Pagi ini terasa mengganggu, ketika memotong mimpiku bersamamu.

Tidak selalu air mata yang mengukur rasa sakit. Terkadang senyum yang kita palsukan.

Tak pernah ku melewatkan namamu untuk aku selipkan dalam ayat-ayat doa yang kurajut setiap malamnya.

Kopi itu candu, melukiskan bayanganmu.

Aku takut kamu terlalu senang berlari, hingga kau tak tahu aku sudah berhenti jauh-jauh hari.